sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Covid-19: Krisis pakan di kebun satwa

Mayoritas kebun binatang tak bisa memenuhi kebutuhan pakan satwa karena pandemi Covid-19.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Jumat, 15 Mei 2020 12:40 WIB
Covid-19: Krisis pakan di kebun satwa

Pandemi Covid-19 mulai mengintai kebun binatang-kebun binatang di Indonesia. Tak lagi punya pemasukan karena pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), mayoritas kebun binatang kolaps. Terkecuali yang berada di bawah naungan pemerintah daerah, hampir semua kebun binatang mengalami krisis pakan. 

Menurut survei Perkumpulan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) April lalu, 92% kebun binatang hanya mampu menyediakan pakan selama 1 bulan. Dari 56 anggota PKBSI, hanya dua kebun binatang yang punya stok pakan hingga tiga bulan ke depan. 

Situasi krisis pakan ini, misalnya, dialami Taman Safari Indonesia (TSI) di Bogor, Jawa Barat. Kepada Alinea.id, Humas TSI Asep Firmansyah mengatakan, persediaan pakan TSI mulai menipis, khususnya pakan bagi hewan pemakan daging seperti harimau dan singa.

"Kendalanya hanya pakan untuk daging. Terutama untuk karnivora. Per ekor (bisa menghabiskan) 6 kilogram rata-ratanya per hari," kata Asep melalui sambungan telepon, Rabu (13/5) sore.

Total ada 2.700 satwa penghuni TSI Bogor. Setiap bulannya, karnivora di TSI Bogor menghabiskan 15 ton daging. Biaya pakan biasanya ditutup dari penjualan tiket masuk. Namun, taman itu ditutup sejak 23 Maret demi mencegah penularan virus Covid-19.

Saat ini, TSI Bogor mengandalkan sumbangan dari warga dan perusahaan. Sayangnya, menurut Asep, sumbangan itu belum mencukupi. "Kalau untuk pakan satwanya kita enggak tahu kapan-kapannya. Sampai berapa bulan lagi bisa bertahan. Tetapi, kami memang udah keteteran," kata dia. 

TSI Bogor, kata Asep, sudah mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), termasuk ke pemerintah daerah. Namun, hingga kini belum ada bantuan dari pemerintah yang mengalir. "Mudah-mudahan segera datang," imbuh dia. 

Pada situasi normal sebelum pandemi, ada 1.200 karyawan yang bekerja di TSA Bogor. Namun, sejak ditutup, hanya 520 karyawan yang dipertahankan. Sisanya dirumahkan. 

Sponsored

Rata-rata karyawan yang dipertahankan ialah perawat satwa (keeper), tim medis, dan kurator. Menurut Asep, mereka tetap bekerja di TSI Bogor sesuai protokol kesehatan Covid-19, semisal memakai masker dan rutin mencuci tangan. 

"Keeper itu tetap masuk. Cuma jam kerjanya saja kita dikurangi. Jadi, dalam satu bulan itu 13 hari kerja. Jadi, gantian karena satwa itu harus dipelihara, harus dikasih makan," kata Asep.

Diakui Asep, beban TSA Bogor bakal kian berat jika tidak ada pemasukan. Karena itu, ia berharap pemerintah memberikan solusi, semisal membolehkan kunjungan dalam bentuk rombongan. "Kalau PSBB berakhir, kita bisa buka untuk mengurangi hal (beban) itu," ujar dia.

Petugas memberi makan satwa unta koleksi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Jawa Tengah, Rabu (13/5). /Foto Antara

Kebun binatang swasta paling terpukul

Kondisi berbeda didapati di Taman Margasatwa Ragunan di Jakarta Selatan. Meski tak lagi menerima pengunjung sejak PSBB berlaku, ketersediaan pakan untuk semua satwa di Ragunan terbilang aman hingga akhir tahun.

"Dipastikan semua satwa terawat, makanannya tercukupi. Ya, karena kita kan di bawah Pemprov DKI Jakarta, ya. Kita didukung oleh anggaran provinsi. Jadi, masih aman," kata Kepala Satuan Pelaksana Promosi dan Pengembangan Usaha Ragunan Ketut Widasana kepada Alinea.id, Selasa (12/5).

Terletak sekitar 18 kilometer dari jantung ibu kota DKI Jakarta, kebun binatang seluas 147 hektare ini dihuni 2.888 satwa yang terdiri dari empat kelas, yakni burung, ikan, reptil, dan mamalia.

Pada akhir pekan, Ragunan lazimnya dikunjungi hingga sekitar 50 ribu orang. Jumlah pengunjung bisa melonjak drastis memasuki masa liburan. 

Tanpa merinci jumlah anggaran, menurut Ketut, pihak pengelola masih bisa menyediakan pakan sesuai dengan kebutuhan. Pasokan pakan untuk herbivora seperti rumput, pisang, dan buah-buahan juga tidak terkendala pandemi.

"Info terbaru kemarin setelah saya dengar dari pihak penerima pakan menyampaikan kalau pisang aja 630 kilogram untuk satu hari. Itu untuk mamalia. Yang lain-lain kan banyak makananya ada rumput, ada buah jeruk apa segala macam," jelas dia.

Ketut memastikan Ragunan tidak akan mengorbankan satwa lain untuk memenuhi kebutuhan makanan satwa seperti yang terjadi di Kebun Binatang Bandung dan beberapa kebun binatang di luar negeri. "Tidaklah. Kita tidak sampai ke situ," ujarnya.

Sekretaris Jenderal PKBSI Tony Sumampau mengatakan, kebun binatang swasta yang paling terpukul karena pandemi Covid-19. Apalagi, kebun binatang-kebun binatang di bawah naungan PKBSI yang sudah tutup hingga dua bulan. 

"Pasti mereka defisit luar biasa. Itu pun mereka mempertahankannya luar biasa sekali untuk bisa menghidupi satwa, semisal dengan mengurangi tenaga keja dan lainnya," kata Tony kepada Alinea.id, Selasa (12/5).

Penutupan kebun binatang selama pandemi membuat pengelola kesulitan untuk mendapatkan biaya pakan satwa. Kebun binatang yang terbilang kecil, kata Tony, bahkan sudah angkat tangan. 

"Maka, sejak awal pandemi berjalan 1 bulan, kami segera menyurati rekan kami KLHK. Kami memberi tahu Bu Menteri (Siti Nurbaya), Pak Dirjen, bahwa ini kebun binatang sebentar lagi akan kehabisan pakan, mohon bisa dibantu," kata dia.

Menurut Tony, kebutuhan pakan setiap kebun binatang yang ada di Indonesia bervariasi. Rata-rata seekor karnivora besar membutuhkan 4-5 kilogram daging per harinya. Dari kalangan herbivora, gajah yang pakannya paling banyak. 

Seekor gajah, kata Tony, bisa menghabiskan hingga 200 kilogram rumput segar dan buah-buahan setiap harinya. "Belum lagi pakan satwa antelope, primata, unggas, reptil, dan lainnya," imbuh Tony. 

Pawang satwa bermain dengan Binturung (Arctictis binturong) di Kebun Binatang Madiun Umbul Square Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Rabu (13/5). /Foto Antara

Skenario terburuk 

Untuk memenuhi kebutuhan pakan, TSI dan PKBSI sudah mulai membuka donasi sejak Maret lalu. Diakui Tony, antusiasme masyarakat sudah cukup tinggi untuk menyumbang. Hingga kini sumbangan yang masuk ke rekening PKBSI sudah mencapai Rp1 miliar. 

"Masyarakat donasinya luar biasa. Tadinya tidak begitu peduli dan menyalahkan kebun binatang. Tetapi, akhirnya pada sadar (kondisi kebun binatang sedang sulit)," ujar Tony.

Sebagian duit donasi sudah disalurkan kepada 9 kebun binatang yang telah mengajukan permohonan kepada PKBSI. Namun demikian, Tony menyebut bantuan itu tidak akan bertahan lama. "Paling satu atau dua minggu," imbuh dia. 

Selagi menunggu bantuan pemerintah yang tak kunjung tiba, Tony mengatakan, ada kemungkinan kebun binatang mengambil opsi terakhir untuk menyediakan pakan. Sebagaimana hukum alam, hewan herbivora bakal dikorbankan menjadi pakan bagi karnivora. 

"Kalau karnivora di hutan makan apa sih? Pasti makan herbivora. Apakah itu zebra, anak gajah. Itu dihantam. Itu perilaku mereka. Itu kehidupan di alam," kata Tony. 

Infografik Alinea.id/Dwi Setiawan

Menurut Tony, opsi terakhir itu disebut species management dalam pengelolaan satwa. Umumnya, herbivora yang dikorbankan ialah jenis satwa yang mengalami surplus jantan.

"Nah, itu pilihan paling terakhir apabila enggak ada bantuan 6 bulan ke depan. Tapi, sekarang kan belum," jelasnya.

Lebih jauh, Tony menegaskan, pemerintah punya tanggung jawab untuk membantu kebun binatang swasta. Pasalnya, kebun binatang swasta juga rutin berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD) lewat pajak. "Jangan lupa. Itu (satwa-satwa langka yang dilindungi) bukan milik kebun binatang, tapi milik negara," ujar dia. 

Akhir April lalu, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indra Exploitasia sempat menyebut pemerintah bakal memberikan bantuan berupa pakan dan obat-obatan bagi kebun binatang yang membutuhkan. 

Namun demikian, menurut Tony, sejauh ini belum ada bantuan yang mengalir ke kebun binatang. "Kami berterima kasih kepada KLHK yang sudah arahkan bantuan. Tapi, masih lambat," kata dia. 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid