Di bawah komando Firli, indeks korupsi Indonesia diprediksi menurun

"Saya berani yakin IPK 2020 paling mentok stagnan di angka 40. Atau jangan-jangan bisa jadi turun."

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri (kiri) didampingi Wakil Ketua KPK Alexander Marwata memaparkan kinerja saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (27/1/2020). Foto Antara/M Risyal Hidayat.

Peneliti Transparency International Indonesia atau TII Agus Sarwono menilai skor indeks persepsi korupsi atau IPK 2020 Indonesia bakal stagnan. Bahkan dia memprediksi kepemimpinan Firli Bahuri di Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK, akan membuat skor korupsi Indonesia kembali melorot.

"Saya berani yakin IPK 2020 paling mentok stagnan di angka 40. Atau jangan-jangan bisa jadi turun," kata Agus dalam diskusi bertajuk "Menakar Peluang Uji Formil Revisi UU KPK di Mahkamah Konstitusi," di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (13/2).

Prediksi itu tak muncul begitu saja. Menurut Agus, hal itu lantaran agenda pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK saat ini terbilang nihil. Sebab, Firli Cs terlalu fokus untuk melakukan upaya pencegahan.

"Selama ini yang digadang-gadang soal pencegahan dan lain-lainnya. Desember sampai Februari itu OTT-nya berapa kali sih yang sudah kelihatan? Cuma dua. Kasus Sidoarjo sama KPU," kata Agus.

Sejak Firli Bahuri berkantor di gedung KPK pada 20 Desember, lembaga antikorupsi baru dua kali melakukan operasi tangkap tangan alias OTT. Pada 7 Januari 2020, penyidik menangkap Bupati Sidoarjo Saiful Ilah dalam OTT yang dilakukan di Sidoarjo. Ia diduga terlibat kasus suap dalam pengerjaan proyek infrastruktur di wilayahnya.