Duka warganet atas meninggalnya BJ Habibie

Masyarakat Indonesia menyadari, sudah banyak yang dilakukan Habibie terhadap bangsa ini

BJ Habibie mengacungkan telunjuknya sambil berguyon pada pidatonya tentang RAPBN, di hadapan para anggota MPR/DPR, di Jakarta, Senin (4/1/1999)./AntaraFoto

Sejak informasi resmi mengenai wafatnya Presiden ke-3 RI BJ Habibie disampaikan putra bungsunya Habibie Thareq Kemal, hingga Kamis (12 September) pukul 12.25 WIB, sebanyak 119.814 tweets di cuitkan warganet di Twitter. 

Jumlah itu bukanlah sedikit. Hanya orang tertentu saja yang mendapatkan perhatian khusus dalam skala luas dari warganet yang bisa seperti itu. Bahkan cuitan tentang wafatnya BJ Habibie menjadi trending topik. Semua mencuitkan kalimat yang hampir serupa, yakni turut berduka cita atas wafatnya BJ Habibie.

BJ Habibie memang bukan orang biasa. Bagi yang lahir di awal 1980-an, pasti mengenal Habibie. Orang tua dari anak-anak yang lahir di periode itu, kerap menjadikan Habibie sebagai role model atau panutan sebagai orang pintar dan sukses. Hal itu tidak terlepas dari peranan BJ Habibie mengembangkan riset dan teknologi sejak 1978. Ya, sejak 1978 Presiden ke-2 RI Soeharto menjadikan Habibie sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi.  

Kehadiran BJ Habibie telah memberikan warna tersendiri bagi perkembangan tanah air. Khususnya strategi pengembangan teknologi di tanah air. Tidak heran jika setiap harinya, semakin banyak masyarakat Indonesia yang menjadikan Habibie sebagai idola. Bukan hanya di Pulau Jawa, tetapi juga di luar Pulau Jawa hingga ke pelosok desa, pesisir pantai dan pegunungan.

Puncaknya ketika Habibie menggantikan Soeharto sebagai presiden pada 1998. Seperti halnya ketika mencanangkan penggunaan teknologi tinggi pada awal menjabat sebagai Menristek, ketika menjabat sebagai presiden ke tiga, banyak yang mengkhawatirkan kemampuan Habibie dalam memimpin negara.