Evaluasi SEA Games 2019: Birokrasi olahraga yang rumit dan anggaran minim

Budiarto Shambazy menilai, ada yang salah dalam pembinaan atlet dan sistem keolahragaan di Indonesia.

Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali (ketujuh kiri) didampingi Menteri PUPR yang juga Ketua Umum PODSI Basuki Hadimuljono (kelima kiri), Ketua KONI Marciano Norman (kedelapan kiri) dan Ketua NOC Raja Sapta Oktohari (ketujuh kiri) berfoto bersama pada acara Penyerahan Bonus Atlet Peraih Medali Sea Games 2019 Filipina di Jakarta, Kamis (12/12/2019). Foto Antara/Muhammad Adimaja.

Pemerintah mengklaim prestasi Indonesia di SEA Games 2019 tidak terlalu buruk. Dengan separuh atlet junior yang dikirimkan, Indonesia mampu melampaui target perolehan medali emas yang diharapkan.

Jika dibandingkan dengan SEA Games edisi sebelumnya di Malaysia, prestasi Indonesia memang lebih baik. Kala itu, Indonesia berada di peringkat kelima. Sementara tahun ini, tim Merah Putih naik satu peringkat ke urutan keempat, dengan perolehan 72 emas, 83 perak, dan 111 perunggu.

Bukan hanya naik peringkat, kontingen Indonesia juga berhasil melampaui target medali dari Presiden Joko Widodo, yang meminta 60 emas. Sayangnya, atlet Indonesia masih belum mampu memenuhi satu permintaan lain, yakni finis di dua besar klasemen.

Meski begitu, prestasi tersebut masih menyisakan kehampaan karena medali yang diraih Indonesia lebih banyak disumbangkan cabang tak terukur. Sementara cabang terukur, seperti akuatik dan atletik, justru belum mampu menunjukkan kejayaan.

Indonesia harus kecolongan banyak medali di dua cabang olahraga olimpiade itu. Pada cabang akuatik, Indonesia hanya mampu menyumbangkan dua medali emas, dari 38 yang diperebutkan.