Fenomena Jihadis perempuan demi eksistensi kelompok teror

Menjadikan perempuan sebagai pelaku teror, hendak menunjukkan eksistensi dari kelompok teror.

Kedua teroris perempuan belia hendak melakukan aksi di Mako Brimob./Istimewa

Runtutan aksi terorisme di Surabaya diyakini bukan tanpa terorganisir. Para teroris seakan keluar dari sarangnya dan bergerak membabi buta menyerang objek vital di Surabaya dipicu kerusuhan di Lapas Cabang Salemba Komplek Mako Brimob

Melibatkan perempuan sebagai pelaku teror sebenarnya bukan pertama kali terjadi. Mengingatkan kembali pada awal tahun tepatnya saat Tahun Baru, Kepolisian berhasil menghentikan rencana bom bunuh diri yang hendak dilakukan Novi. 

Dalam kondisi hamil, Novi dibawa ke Rutan Mako Brimob dan beberapa bulan kemudian yang bersangkutan melahirkan bayi. Satu hari sebelum bom meledak di Surabaya, dua perempuan ditangkap polisi karena diduga akan melakukan aksi teror dan penusukan terhadap anggota Brimob di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, Jawa Barat. 

Kedua perempuan mengaku hendak membantu para napi terorisme dengan menyerang polisi. Dalam usia yang sangat belia yakni Dita Siska Milenia berusia 18 tahun asal Temanggung dan Siska Nur Azizah berusia 22 tahun hanya membawa gunting untuk melakukan pembalasan kepada polisi. 

Teror bom di Surabaya pun menjadikan perempuan sebagai pelaku utama dari aksi. Fenomena ini diduga hendak menunjukkan eksistensi dari kelompok teror dan membuat situasi sosial politik makin kacau.