Geliat akar rumput melawan Covid-19: Sediakan makanan, jadi nakes dadakan

Warga di tingkat komunitas terkecil menggelar beragam inisaitif mandiri untuk menangani pandemi di kawasan mereka.

Ilustrasi karantina mandiri di tingkat RT/RW. Alinea.id/Oky Diaz

Hari-hari di awal bulan Juni menjadi masa paling melelahkan bagi Punjul Budiono selaku Ketua Rukun Warga (RW) 11, Cilandak Barat, Cilandak, Jakarta Selatan. Seperti kebanyakan zona merah di ibu kota, jumlah pengidap Covid-19 di RW yang ia kelola meroket tajam dipicu klaster liburan Idulfitri. 

Pada puncaknya, menurut Punjul, total ada 28 orang yang terpapar SARS-Cov-2 di RW 11. Mulanya, hanya warga di kompleks-kompleks perumahan yang terkonfirmasi positif. Belakangan, virus mematikan itu juga menulari warga di permukiman.

Punjul mengaku sempat bingung. Pasalnya, isolasi mandiri sulit dilakukan warga di permukiman padat. Kebanyakan warga di klaster permukiman itu tergolong miskin. Bahkan, ada pengontrak yang tinggal berdua di kamar kosan berukuran 3x3 meter. 

"Kalau salah satunya positif, yang satunya bagaimana? Kami harus cari solusi untuk itu. Kalau mobilitas warga tidak dibatasi, virus bisa  menyebar di lingkungan padat," kata Punjul kepada Alinea.id, Rabu (14/7).

Saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat Jawa-Bali diluncurkan pada 3 Juli 2021, Punjul berembuk dengan para pengurus RW 11 untuk mencari solusi persoalan isolasi mandiri bagi warga di permukiman padat.