Petaka gelombang kedua pandemi di penghujung relaksasi

Relaksasi di sejumlah negara memicu gelombang kedua pandemi Covid-19.

Ilustrasi relaksasi kebijakan lockdown. Alinea.id/Hadi Tama

Rapat maraton secara daring terus digelar Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo dan sejumlah pejabat pemerintah. Rapat-rapat itu digelar demi merumuskan skenario paling tepat dalam melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). 

Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan pembahasan skenario relaksasi PSBB itu masih alot. Tak semua pejabat sepakat melonggarkan PSBB demi menyelamatkan perekonomian. 

"Ini masih pro-kontra sebenarnya. Di satu sisi, kami memang ingin memutus mata rantai (penyebaran) Covid-19 ini. Tapi, kami tahu banyak orang yang kemudian kehilangan pekerjaan atau pun dirumahkan," ujar Lilik kepada Alinea.id di Jakarta, Rabu (13/5).

Setidaknya ada dua kebijakan bernuansa pelonggaran PSBB yang telah dikeluarkan pemerintah. Pertama, membuka kembali operasional moda transportasi. Kedua, memberikan kesempatan kepada kelompok usia di bawah 45 tahun untuk kembali berkerja di tengah pandemi. 

"Kami tahu banyak orang yang di-PHK (pemutusan hubungan kerja). Intinya, masalah ekonomi. Kalau diem begini, ekonomi enggak bergerak. Nah, ini sedang dicari skenario yang tepat. Apa saja yang dibatasi dan kemudian harus dipertimbangkan, baik tempat maupun waktunya," tutur Lilik.