Gunung Merapi luncurkan awan panas, status siaga tidak naik

Kejadian awan panas guguran ini tidak akan membuat status Merapi naik menjadi awas. 

Ilustrasi. Asap solfatara keluar dari puncak Gunung Merapi terlihat dari pos pengamatan Kali Tengah, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (29/3).Foto Antara/Hendra Nurdiyansyah/pras.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Gunung Merapi mengumumkan awan panas guguran terjadi Rabu (9/3) mulai pukul 23.18.  Total hingga pukul 07.33 WIB Kamis (10/3) terjadi 17 kali awan panas guguran (APG) dengan jarak luncur 5 km ke arah Kali Gendol di wilayah tenggara. Masyarakat diimbau untuk tidak mendekati daerah potensi bahaya serta meningkatkan kewaspadaan.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyebutkan luncuran ini merupakan luncuran paling jauh sejak Merapi ditetapkan dalam status siaga pada November 2021. Kendati demikian, kejadian awan panas guguran ini tidak akan membuat status Merapi naik menjadi awas. 

“Jadi awan panas guguran semalam sejauh 5 kilometer merupakan yang terjauh," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam konferensi pers secara daring, Kamis.

Lebih jauh Hanik menjelaskan terjadi lonjakan grafik energi guguran akibat rangkaian APG yang terjadi. Guguran rata-rata adalah 140 km per hari dominan ke barat daya, yakni Sungai Bebeng. Analisis data drone yang sebelumnya dilakukan pada 20 Februari 2022 menghasilkan nilai volume kubah lava tengah sebesar 3,2 juta m3 dan kubah lava barat daya 1,6 juta m3. Perbandingan terhadap periode-periode sebelumnya menunjukkan kedua kubah lava masih aktif.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Sungai Bedog sejauh 7 km, Sungai Woro sejauh 3 km, dan Sungai Gendol sejauh 5 km. Sementara itu, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.