Hanna Keraf, terpanggil berdayakan ekonomi kampung halaman

Hanna memutuskan menunda studinya ke luar negeri demi membangun desanya di Lamalera, Kabupaten Lembata, NTT.

Gubernur NTT Viktor Laiskodat mewacanakan pelarangan wisatawan miskin ke daerahnya. Alinea.id/Mona Tobing

Millenial asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Hanna Keraf mengatakan, seorang pemimpin harus memiliki modal sosial untuk bisa membangun kehidupan ekonomi masyarakat. Salah satunya, dengan cara meleburkan diri ke tengah kehidupan masyarakat bawah (grashroot).

Hanna Keraf merupakan penggagas Du'Anyam, salah satu kewirasuhaan yang ada di NTT. Sejak didirikan pada 2014 lalu, Du'Anyam sudah mendampingi 1.400 perempuan di daerah-daerah terpencil untuk memastikan kerajinan tangan mereka memiliki akses pasar.

Hal ini, diungkap Hanna Keraf di acara sarasehan nasional Megawati Institute bertajuk 'Indonesia Muda Membaca Bung Karno' yang diikuti anak-anak muda berprestasi, Selasa (29/6). Di mana, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri menjadi keynot speech dalam acara tersebut.

"Lewat Du'Anyam ini sebenarnya salah satu cara kami teman-teman pendiri untuk memanfaatkan ekonomi produktif yang ada di desa," ungkap Hana Keraf.

Meski berdarah Flores, Hanna Keraf lahir dan besar di Jakarta. Semenjak lulus dari salah satu universitas di Jepang pada 2012, ia memutuskan kembali ke kampung orang tuanya di Desa Lamalera, Kabupaten Lembata, NTT.