Hasil rapid test dinilai banyak palsunya

Banyak pemeriksaan yang dinyatakan negatif dengan rapid test, tetapi ternyata positif Covid-19 setelah dites menggunakan PCR.

Petugas medis menunjukan rapid test Covid_19 di Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (07/04/20). Foto Antara/Jojon.

Hasil rapid test dinilai lebih banyak tidak valid. Juru bicara Gugus Tugas Provinsi Riau, Indra Yopi mengatakan, pihaknya tidak lagi mengambil kebijakan rapid test untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. 

Pasalnya, banyak pemeriksaan yang dinyatakan negatif dengan rapid test, tetapi ternyata positif Covid-19 setelah dites menggunakan polymerase chain reaction (PCR).

"Kami intensifkan melakukan pendekatan swab. Karena, memang hasil rapid test negatifnya, palsunya lumayan tinggi," kata Indra dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (23/6).

Selama 10 hari terakhir, kapasitas laboratorium di Riau dapat memeriksa 700 sampel dari swab test dalam sehari. Padahal, jumlah pemeriksaan maksimal sebelumnya hanya 580 sampel per hari.

"Dengan bertambahnya kasus positif dengan tracing, maka kami memperkuat surveillance kami. Yakni, dengan tidak melakukan rapid test, melainkan PCR," ucapnya.