Menteri PPPA: Industri rokok makin mengkhawatirkan di era digital

Iklan rokok dikemas sedemikian rupa sehingga merokok dianggap hal keren.

Ilustrasi linting dewe/Alinea.id/Oky Diaz

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati, prihatin dengan tingginya angka perokok anak Indonesia. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk umur 10 tahun dari 28,8% pada 2013 menjadi 29,3% pada 2018.

Saat ini, rokok tidak hanya menjadi masalah pada orang dewasa, namun juga semakin marak pada kalangan anak dan remaja. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya prevalensi merokok pada populasi usia 10 18 tahun sebesar 1,9% dari 2013 (7,2%) ke tahun 2018 (9,1%) berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar.

Gusti menyebutkan, keberadaan era digital membuat industri rokok semakin mengkhawatirkan karena kemudahan akses bagi anak-anak dan remaja. “Promosi rokok yang dilakukan oleh perusahaan terkait sangat gencar dan dikemas dengan sangat menarik sehingga gampang sekali diakses oleh anak-anak dan remaja. Jadi ini perlu kita antisipasi,” katanya dalam webinar, Kamis (12/8).

Dijelaskan Gusti, iklan rokok sering kali dikemas sedemikian rupa sehingga yang melihat iklan tersebut merasa bahwa merokok adalah hal yang keren dan macho. Karenanya, ia berharap agar kedepan dapat mengembangkan ide-ide yang menarik untuk menghadapi iklan rokok tersebut.

"Waktu itu saya pernah mengikuti satu webinar mengenai rokok juga, ada satu ide yang menarik, bagaimana kita kemudian membuat promosi bahwa tidak merokok itu sebetulnya baik, tidak merokok itu macho. Nah ini yang mesti kita kembangkan,” ungkapnya.