Influencer Covid-19: Penyambung lidah pemerintah di tengah wabah

Upaya pemerintah menggandeng influencer dalam sosialisasi bahaya Covid-19 tak bakal efektif jika tidak dibarengi upaya-upaya luring.

Pemerintah mulai menggerakkan influencer untuk menyosialisasikan bahaya dan upaya-upaya pencegahan Covid-19. Ilustrasi Alinea.id/Dwi Setiawan

Sudah hampir sejam, Kamin manteng di depan televisi. Satu per satu saluran ia susur. Dengan teliti, pria berusia 60 tahun itu memantau setiap informasi terbaru mengenai penyebaran wabah Coronavirus atau Covid-19 di Indonesia. 

"Dia siarin apa saja. Saya mau bandingin supaya jelas korbannya udah berapa. Berapa yang meninggal, berapa yang sembuh. Takutnya sudah ada korban di sekitar kita," ujar Kamin saat berbincang denga Alinea.id di kediamannya di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (22/3).

Televisi menjadi satu-satunya sumber informasi bagi Kamin untuk mengetahui perkembangan wabah Covid-19. Meskipun punya ponsel, Kamin mengaku tak pernah menggunakannya untuk bermedia sosial. 

Jika dilihat dari usianya, Kamin tak termasuk generasi milenial. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani singkong itu lahir jauh sebelum era internet. 

Facebook, Twitter, Instagram, buzzer dan influencer adalah kata-kata yang tak familiar di telinganya. Tak heran jika Kamin hanya "percaya" pada televisi di rumahnya.