Perang Israel vs Iran dan masa depan suram drone Elang Hitam

Indonesia nyaris punya drone kombatan yang bisa diterjunkan untuk misi-misi berbahaya.

Ilustrasi drone kombatan. /Foto Pexels

Pesawat nirawak atau drone kian aktif terjun langsung dalam peperangan. Tak hanya menjalankan misi surveilans, drone-drone kombatan yang menggendong beragam jenis senjata kini rutin dipakai untuk menyerang target-target musuh. Perang Israel versus Iran serta Rusia versus Iran jadi panggung teranyar drone kombatan. 

Saat membombardir Israel, akhir pekan lalu, misalnya, Iran menggunakan sekitar 200 drone jenis Shahed-136. Dilaporkan, Iran juga menerjunkan drone Shahed-238 yang sudah bermesin jet yang kecepatannya mencapai 402-599 kilometer per jam. Drone-drone Iran mampu mengelak dari pantauan radar dan menembus pertahanan udara Israel.

Dalam perang di Ukraina, Rusia dan Ukraina juga rutin menggunakan pesawat nirawak, terutama untuk misi-misi surveilans. Rusia menggunakan Shahed-136, sedangkan Ukraina memanfaatkan Bayraktar TB2 buatan Turki untuk mengintai posisi artileri dan pergerakan prajurit Rusia. 

Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai pesawat nirawak atau drone sudah lama dibutuhkan Indonesia untuk memperkuat pertahanan udara. Drone terutama bisa dimanfaatkan untuk menjangkau wilayah yang sulit ditembus oleh alutsista konvensional.

Tak hanya untuk perang, menurut Fahmi, drone bisa dimanfaatkan pemerintah untuk operasi-operasi pengawasan dan penangkalan "invasi" ruang udara nasional secara tidak sah oleh pihak asing, serta deteksi dini aktivitas-aktivitas ilegal di darat dan perairan Indonesia.