Jepang susun strategi baru cegah serangan siber China-Rusia

China diduga melakukan serangan siber untuk mencuri informasi perusahaan soal militer dan lainnya, adapun Rusia bertujuan militer-politik.

Ilustrasi. Freepik

Pemerintah Jepang pada Rabu (7/7) menyusun strategi keamanan siber baru untuk tiga tahun ke depan menyusul adanya dugaan keterlibatan China dan Rusia dalam serangan siber untuk kali pertama dan menyerukan peningkatan pencegahan.

Strategi tersebut secara resmi akan disahkan kabinet pada awal September 2021 setelah meminta komentar publik. China diyakini melakukan serangan siber untuk mencuri informasi perusahaan terkait militer dan lainnya dengan teknologi canggih, sementara Rusia diduga melakukannya dengan tujuan militer dan politik.

Kepala Satgas Khusus Strategi Keamanan Siber sekaligus Kepala Sekretaris Kabinet, Katsunobu Kato, memerintahkan anggota dalam pertemuannya untuk "meningkatkan kemampuan pertahanan, pencegahan dan penilaian, serta memperkuat kerja sama di antara badan-badan terkait untuk melindungi kepentingan keamanan."

Dia juga mengimbau segera merespons jika terdeteksi aktivitas abnormal di dunia maya selama Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo mulai 23 Juli mendatang.

Strategi tersebut akan menggantikan upaya saat ini yang diadopsi pada Juli 2018, di mana strategi yang baru menyerukan peningkatan pencegahan melalui aliansi Jepang-Amerika Serikat (AS) dengan mengadakan latihan bersama Japan's Self-Defense dan pasukan AS Forces.