Kemampuan tak merata, ada potensi coronavirus luput terdeteksi di Indonesia

Tak semua lembaga, universitas, atau rumah sakit di Indonesia memiliki kemampuan mendeteksi coronavirus.

Petugas medis berjalan keluar ruang isolasi RSUD Ir. Soekarno, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Senin (17/2/2020).Foto Antara/Anindira Kintara

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman atau Lembaga Eijkman memastikan Indonesia memiliki kemampuan untuk mendeteksi coronavirus. Hanya saja, kemampuan ini tak dimiliki secara merata di seluruh lembaga kesehatan.

"Kita punya kemampuan deteksi. Tapi, apakah kemampuan ini merata di semua lembaga, universitas, atau rumah sakit, jawabannya tidak," kata pakar virus Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo, di Jakarta, Minggu (1/3).

Menurutnya, hal ini membuka kemungkinan luputnya pendeteksian coronavirus di tanah air. Jika Indonesia melakukan lebih banyak pemeriksaan daripada yang dilakukan saat ini, kata dia, kemungkinan temuan kasus positif virus dengan nama resmi COVID-19 ini bisa terjadi.

"Bukannya kita ingin mendapatkan kasus positif, tapi agar kita lebih bersiap," ujar Herawati.

Herawati mencontohkan, Korea Selatan dengan kemampuan otomatisasinya, mampu memeriksa lebih banyak orang dan banyak mendapatkan kasus positif covid-19. Untuk diketahui, dari data WHO per 28 Februari 2020, telah ada 3.150 kasus covid-19 yang terdeteksi di Korea Selatan.