Kepala BMKG khawatir cuaca ke depan selalu ekstrem

Cuaca ekstrem terjadi bertubi-tubi dan hampir merata di seluruh wilayah Indonesia.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dwikorita/Foto dok. BMKG

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut cuaca ekstrem diperkirakan bakal semakin sering terjadi yang berujung pada bencana hidrometeorologi. Cuaca ekstrem telah melanda Indonesia belakangan ini sejak Oktober 2020 lalu.

Puncak bencana hidrometeorologi itu, kata Dwikorita Karnawati, pada Januari dan Februari 2021. Dia melanjutkan, cuaca ekstrem yang terjadi bertubi-tubi hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan, dengan durasi semakin panjang dan intensitasnya terlampau ekstrem.

Padahal, sambungnya, banjir dahsyat akibat cuaca ekstrem pada 2020 terbatas di DKI Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi/Bodetabek). “Kalau tahun ini tidak hanya di DKI, ada di Kalimantan, ada di Sulawesi, ada di Jawa, ada di bagian Indonesia lainnya. Yang dikhawatirkan, kejadian ini akan menjadi kenormalan baru, cuaca ke depan dikhawatirkan kondisinya selalu ekstrem seperti itu,” ucapnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (30/3).

Berkaca dari pengalaman tersebut, kata dia, sebaiknya segera ada upaya untuk memitigasi cuaca ekstrem. Setidaknya menyiasati kondisi ekstrem agar tidak menjadi kenormalan baru di masa depan. “Jangan sampai anak cucu kita itu tidak bisa membayangkan adanya hujan gerimis, karena begitu mereka lahir, ya badai dan seterusnya,” tutur Dwikorita.

Ia mengingatkan, hewan purba dinosaurus yang berbadan besar sekali pun tetap bisa punah akibat bencana alam. Jika tidak diantisipasi, maka kehidupan manusia di Indonesia bisa tidak lebih dari 60 tahun akibat cuaca ekstrem. Maka, perlu memahami alam untuk mewujudkan kehidupan yang berkelanjutan.