Kisah kematian dosen Erwin dan buruk rupa penanganan PDP Covid-19

Erwin di-ping-pong ke sejumlah rumah sakit. Pertolongan pertama terlambat.

Sejumlah PDP Covid-19 terlambat ditangani. Ilustrasi Alinea.id/Oky Diaz

Dengan perasaan kalut, IK bergegas menuju ke kediaman adiknya, Erwin Indradjaja, di Jalan Kesehatan, Jakarta Pusat, Selasa (24/3) pagi itu. Dari adik perempuannya yang berinisial A, IK mendapat kabar kondisi kesehatan Erwin tiba-tiba memburuk. 

Sekitar pukul 07.30 WIB, IK tiba di rumah Erwin. Ambulans belum tampak. Padahal, A sudah melaporkan kondisi Erwin ke Puskesmas Kecamatan Gambir. Jarak tempuh dari puskesmas ke kediaman Erwin hanya sekitar 30 menit dengan berkendara. 

"Saya tanya orang di rumah, 'Kok ambulans belum datang?' Dia bilang, 'Dalam perjalanan'. Oke, saya tunggu," ujarnya saat berbincang dengan Alinea.id lewat sambungan telepon, Minggu (29/3).

Erwin merupakan salah satu pasien dalam pemantauan (PDP) Covid-19. Beberapa hari sebelum kesehatannya memburuk, dosen senior Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) diketahui pernah melayat salah satu rekannya yang meninggal di RSPAD Gatot Subroto. 

Meskipun punya gejala terjangkit Covid-19, Erwin memilih menjalankan isolasi mandiri. Pada hari ketiga isolasi, Erwin mengeluh sesak nafas. Keponakannya yang tinggal serumah kemudian menyarankan agar Erwin pergi ke rumah sakit. Namun, Erwin menolak.