Klaster pasar diduga penyebab tingginya kasus Covid-19 Jatim

Terkonfirmasi 17.212 kasus positif Covid-19 di Jatim hingga 14 Juli.

Suasana aktivitas jual beli saat pandemi Covid-19 di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Minggu (14/6/2020). Foto Antara/Indrianto Eko Suwarso

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Coronavirus Baru (Covid-19) menengarai klaster pasar tradisional menjadi salah satu pangkal tingginya penularan SARS-CoV-2 di Jawa Timur. Alasannya, jumlah kasus belum tinggi.

"Ada 31 klaster di pasar. Pasar itu potensi penularan Covid-19 yang luar biasa. Walaupun totalnya 199 kasus, tetapi bisa jadi belum semuanya dites. Feeling saya," tutur Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19, Dewi Nur Aisyah, saat telekonferensi di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (15/7).

Dirinya menerangkan, banyaknya daftar pasar tidak berbanding lurus dengan jumlah kasus. Padahal, potensi penularan Covid-19 di sana tergolong tinggi mengingat memungkinkan terjadi mobilitas manusia, kondisi berdesakan dan berkerumun, serta sirkulasi udara buruk.

Jika dibandingkan klaster tempat kerja (20 titik dengan 272 kasus), ungkap Dewi, klaster pasar di Jatim lebih banyak, tetapi jumlah kasus lebih sedikit. Meski demikian, dia mengakui potensi penularan di tempat kerja terbilang tinggi karena dimungkinkan berkumpul dengan rekan kerja dalam suatu ruangan bersirkulasi udara buruk.

Berdasarkan analisis data klaster per 7 Juli, terdapat 141 klaster dengan 2.004 kasus konfirmasi positif Covid-19 di Jatim. Mencakup 31 klaster pasar, satu klaster pesantren (126 kasus). dua klaster tempat ibadah (74 kasus), satu klaster mal (empat kasus); dua klaster seminar (191 kasus), dan lokal transmisi lain (686 kasus).