Kontributor ISIS menghidupkan jihadis, kaum hawa berperan besar

Pascatewasnya Abu Bakr Al Baghdadi dan runtuhnya ISIS, nasib sejumlah jihadis menjadi tidak jelas.

Ilustrasi Densus 88. Alinea.id/Dwi Setiawan.

Pengamat Terorisme Zaki Mubarok memandang, kegiatan terorisme dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terkikis karena penindakan hukum dari kepolisian, belum melunturkan semangat mereka dalam menyebarkan ketakutan di masyarakat. Lima nama sebagai fasilitator Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) membuktikan hal tersebut.

Menurut Zaki, para pemimpin JAD seperti ustaz Aman Abdurrahman, Amir JAD Zainal Anshori, ustaz Iskandar/ Alexander dan pimpinan-pimpinan ISIS lainnya yang telah dilumpuhkan tidak mematikan ideologi pro-ISIS bagi pengikutnya. Mereka beraktivitas dalam sel-sel kecil yang menjadikan lebih sulit untuk dilacak.

“Ini tentunya menjadi pekerjaan rumah atau PR bagi BNPT dan Densus 88 untuk mengatasi jaringan-jaringan kecil jihadis yang berserakan tetapi masih militan,” kata Zaki kepada Alinea.id, Kamis (12/5).

Kendati kelima orang itu tidak memegang peranan penting atau tokoh penggerak atau bahkan pendonor besar dalam perjuangan ISIS, namun kontribusi mereka bagi pergerakan jihadis tidak bisa dipandang sebelah mata. Kontribusi mereka dapat memenuhi kebutuhan logistik untuk kehidupan para jihadis. Apalagi setelah kekalahan ISIS di Suriah maupun Irak.

Pascatewasnya Abu Bakr Al Baghdadi dan runtuhnya ISIS, nasib sejumlah jihadis menjadi tidak jelas. Ada yang di penjara, ada yang melarikan diri ke Mesir, Yaman, Afghanistan, dan sebagainya.