LIPI sebut sistem peringatan dini tsunami tak bisa diandalkan

Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit dari gempa, tsunami cepat mencapai daratan.

Prajurit KRI Torani 860 mengamati aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi di Perairan Selat Sunda, Jumat (28/12/2018).Foto Antara.

Meski pemerintah telah memiliki sistem peringatan dini, INA TEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System). Namun, alat tersebut dinilai masih bermasalah dan tidak bisa diandalkan masyarakat dalam menghadapi tsunami.

"Terus terang harus diakui sistem itu belum berjalan dengan baik. Sehingga kemudian masyarakat tidak bisa bergantung pada sistem itu. Dari beberapa kejadian sebenarnya sistem itu gagal dalam memberikan peringatan dini," ujar peneliti Pusat Riset Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto kepada pers DKR, Senin (20/9).

Menurutnya, banyak tempat di Indonesia di mana tsunami begitu dekat dari daratan. "Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit dari gempa, tsunami akan mencapai daratan. Misalnya pantai di sebelah barat Sumatera, dari Simeulue, Nias Mentawai Enggano. Semua pantai ini sangat dekat dengan sumber gempa," ungkapnya.

Tsunami, jelasnya, bisa saja terjadi pada wilayah Pantai Utara dari Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) sampai Kupang, NTT. Terlebih di Indonesia Timur, lantaran ada thrust belt yang bisa memicu gempa dan tsunami seperti yang terjadi di Maumere tahun 1992. Daerah lainnya adalah di Pantai Barat dan Sulawesi dan Kepulauan Maluku dan Papua.

"Sehingga masyarakat harus waspada dengan peringatan dini dari alam berupa guncangan gempa," imbuhnya.