Menkes siapkan produksi obat Covid-19 untuk lawan varian delta

Caranya dengan mengimpor bahan baku obat terapi Covid-19, memperbesar kapasitas produksi, serta mempercepat distribusinya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (29/12/2020). Foto: Humas/Rahmat/setkab.go.id

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, kebutuhan obat terapi Covid-19 mengalami kenaikan hingga 12 kali lipat sejak 1 Juni 2021. Untuk memenuhi kebutuhan obat terapi Covid-19, maka pemerintah tengah mempersiapkan upaya produksi dalam negeri. Caranya dengan mengimpor bahan baku obat terapi Covid-19, memperbesar kapasitas produksi, serta mempercepat distribusinya.

“Tetapi, memang dibutuhkan waktu antara 4-6 minggu agar kapasitas obat dalam negeri kita bisa memenuhi kebutuhan peningkatan obat-obatan sebanyak 12 kali lipat ini,” ucapnya dalam konferensi pers virtual, Senin (26/7).

Ia mengklaim, beberapa obat terapi Covid-19 yang sering dicari masyarakat, seperti Azithromycin, Oseltamivir, dan Favipiravir, akan beredar di pasar secara lebih signifikan mulai awal Agustus 2021 nanti. Ia mengungkapkan, secara nasional, stok Azithromycin sebagai obat antibiotik saat ini masih 11,4 juta. Obat ini diproduksi 20 pabrik lokal dengan kapasitas mencukupi. Namun, masih ada sedikit hambatan dari segi distribusi obat ke berbagai apotik.

Selain itu, secara nasional, stok Favipiravir sebagai obat antivirus saat ini masih 6 juta. Kimia Farma akan memproduksi 2 juta obat Favipiravir per hari. Lalu, PT Dexa Medica akan mengimpor 15 juta di bulan Agustus 2021. “Kita juga akan mengimpor 9,2 juta dari beberapa negara mulai Agustus. Dan, ada pabrik baru yang rencananya mulai Agustus mulai produksi 1 juta Favipiravir setiap hari,” tutur Budi.

Ia mengungkapkan, obat Favipiravir akan menggantikan Oseltamivir sebagai obatan virus merujuk rekomendasi dari dokter ahli di lima profesi yang telah mengkaji varian Delta (B1617.2). Ia pun berharap, kapasitas produksi obat Favipiravir dalam negeri bisa antara 2-4 juta tablet per hari. Untuk Oseltamivir, secara nasional masih ada stok 12 juta sampai Agustus 2021. Obat Oseltamivir akan diganti dengan Favipiravir secara bertahap. “Kami akan pertahankan stok ini,” ujar Budi.