Menristek sebut GeNose murah, sudah banyak yang pesan

Produksi tahap awal GeNose ditarget 5.000 unit.

Alat deteksi Covid-19 temuan Universitas Gadjah Mada/Foto dokumentasi UGM

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan, alat skrining Covid-19 buatan UGM, GeNose, bakal diproduksi massal.

Untuk tahap awal, produksi GeNose ditargetkan 5.000 unit pada Februari mendatang. Bahkan, akan diproduksi lebih banyak lagi seiring sejalan dengan upaya pemerintah membantu pihak GeNose mencari mitra industri.

“Saat ini yang kami ketahui, pesanan juga sangat banyak dan mudah-mudahan sudah bisa dipenuhi sesuai dengan jadwal dari industri tersebut,” ucapnya dalam keterangan pers virtual, Kamis (7/1).

Mengantongi izin edar GeNosesejak 24 Desember 2020 lalu, GeNose disebut akan menggantikan rapid test antibodi sebagai standar baru alat skrining Covid-19. Namun, GeNose bukan alat diagnosa. Jadi, ketika seseorang dua kali terkonfirmasi positif Covid-19, baru diminta segera melakukan tes swab.

Diklaim mempunyai sensitivitas sekitar 92%, GeNose dinilai lebih murah dan mudah secara operasional. Pasalnya, setiap alat GeNose bisa digunakan hingga 100.000 kali, sebelum diperbaiki. Harga per unit alat GeNose Rp62 juta. Namun, tetap harus ditambah beban biaya kantung plastik untuk menyimpan embusan nafas Rp7000. Kemudian, biaya HEPA filter untuk menyaring agar virus tidak masuk ke mesinnya.