Jalan sunyi merawat arsip dan koleksi di tengah deru revitalisasi TIM

“Arsip ini merupakan sumber pengetahuan yang harus dapat dibaca dan dirawat bersama-sama.”

Ilustrasi revitalisasi TIM. Alinea.id/Dwi Setiawan.

Ruangan berukuran sekitar 10 x 5 meter di lantai tiga Gedung Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat itu, sejatinya adalah tempat seniman berdandan, sewaktu akan tampil dalam pertunjukan.

Namun, sudah sejak pertengahan Januari 2020, ruangan itu disulap menjadi tempat penampungan sementara ribuan arsip koleksi Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Di sini juga dijadikan kantor sementara DKJ. Di tengah polemik revitalisasi TIM, beberapa orang justru sibuk berkutat menata serta mendigitalisasi arsip dan koleksi berharga milik DKJ itu.

Salah seorang staf perpustakaan dan dokumentasi (pusdok) DKJ Tuti Handayani menunjukkan ratusan koleksi seni rupa di ruangan itu. Tuti mengatakan, ada sekitar 390-an karya seni rupa, berupa sketsa, lukisan, dan patung milik DKJ yang dihimpun sejak 1970-an. Di antara koleksi itu, ada patung kepala sastrawan Chairil Anwar, pelukis Zaini, dan komposer Ludwig van Beethoven.

Bergelut dengan arsip