Mimpi pemerataan dan dua sisi sistem zonasi DKI Jakarta

PPDB 2020 dengan sistem zonasi menyisakan beragam persoalan.

Ilustrasi siswa baru di SMA negeri. Alinea.id/Dwi Setiawan

Beberapa jam sebelum penerimaan peserta didik baru (PPDB) via jalur zonasi di DKI Jakarta resmi ditutup pada 27 Juni, nama Muhammad Rafi akhirnya nongol di data PPDB digital yang dikeluarkan Dinas Pendidikan DKI. Sang pemilik nama lega. Jerih payahnya selama sepekan terbayar. 

"Saya sempat nyerah. Seminggu saya bolak-balik ke Dinas Pendidikaan DKI dan sekolah saya di Citayem, (Bogor), untuk urus penyesuaian data. Kok gini? Uang udah habis," kata Rafi saat berbincang dengan Alinea.id di kediamannya di Yayasan Taruna Pertiwi, Pejaten Timur, Jakarta Selatan, Senin (20/7) malam.

Rafi diterima di SMA Negeri 28, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sekolah itu terbilang sekolah unggulan. Saat namanya muncul dalam daftar siswa baru yang dirilis Disdik DKI, Rafi tepat berusia 19 tahun 6 bulan. Usia Rafi tergolong cukup tua untuk siswa baru di kelas X. 

"Saya cita-citanya pengin jadi tentara," ujar Rafi saat mengungkapkan keputusannya untuk kembali melanjutkan sekolah di SMA negeri. 

Rafi memang sempat absen di bangku sekolah selama beberapa tahun. Saat duduk di kelas V di salah satu SD di kawasan Klender, Jakarta Timur, Rafi memutuskan kabur dari rumah dan hidup di jalanan dengan menjadi joki di jalur-jalur three in one.