BMKG temukan 1.056 titik panas di Indonesia

BMKG memprediksi pengaruh musim kemarau yang berlangsung Agustus - September hanya mencakup sebagian besar Jawa – Bali – Nusa Tenggara.

Petugas Manggala Agni melakukan pendinginan di lahan yang terbakar di Desa Karya Indah, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (15/8)./AntaraFoto

Jumlah titik panas (hotspot-red) meningkat seiring semakin meluasnya pengaruh musim kemarau di sejumlah wilayah di Indonesia. Pengaruh musim kemarau meluas ke wilayah Sumatera bagian Selatan, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi. BMKG telah mencatat 1.056 titik panas di sejumlah wilayah.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi pengaruh musim kemarau yang berlangsung Agustus-September hanya mencakup sebagian besar Jawa–Bali–Nusa Tenggara. Wilayah yang cukup signifikan mengalami peningkatan titik panas yaitu Kalimantan Barat (798 titik), Kalimantan Tengah (226 titik), Jambi (19 titik) dan Sumatera Selatan (13 titik). 

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan, informasi titik panas tersebut dianalisis oleh BMKG berdasarkan citra Satelit Terra Aqua (LAPAN). Peningkatan jumlah titik panas ini, menurutnya diakibatkan kondisi atmosfer dan cuaca yang relatif kering sehingga mengakibatkan tanaman menjadi mudah terbakar. 

"Kondisi tersebut perlu diperhatikan, agar tidak diperparah dengan maraknya pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian dengan cara membakar," kata Dwikorita di Jakarta, Kamis (23/8) 

Oleh karena itu, BMKG terus berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),  Pemerintah Daerah, instansi terkait, dan masyarakat luas untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran lahan dan hutan, bahaya polusi udara dan asap, potensi kekeringan lahan dan kekurangan air bersih.