Pasien Covid-19 dengan obesitas berisiko tinggi meninggal, bisa dibantu vaksin?

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesda) 2018, angka obesitas di Indonesia mencapai 31%.

Ilustrasi. Pixabay

Dokter gizi dari Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI), Dicky Levenus Tahapary, mengungkapkan, pasien Covid-19 dengan obesitas lebih berisiko bergejala berat dan membutuhkan perawatan intensif (ICU). Kelompok ini pun lebih rentan meninggal dunia saat terpapar SARS-CoV-2.

"Data awalnya memang obesitas ini meningkatkan risiko untuk mortalitas pasien Covid-19. Berdasarkan data RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) pada tiga bulan terakhir, memang sekitar 60% yang masuk perawatan berat dan bergejala, komorbid dengan obesitas," ucapnya dalam webinar, Rabu (24/3).

Dicky melanjutkan, dampak kesehatan obesitas sangat banyak. Dari penyakit kardiovaskular (gangguan jantung/pembuluh darah), hipertensi, kolesterol, maag, kanker, gangguan berkemih, radang sendi lutut, asam urat, gangguan pembuluh darah kaki, gangguan kesuburan, diabetes, perlemakan hati, sampai asma. Obesitas dapat pula menyebabkan gangguan tidur, depresi, hingga migrain karena stigma masyarakat. 

Di sisi lain, pandemi Covid-19 menuntut orang tetap berada di rumah demi mengurangi risiko penularan saat mobilitas atau interaksi. Imbasnya, risiko obesitas meningkat karena banyak makan dan jarang beraktivitas fisik

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas), angka obesitas di Indonesia pada 2018 mencapai 31%. Dengan demikian, satu dari tiga orang dewasa mengalami obesitas dan obesitas sentral (perut buncit). Pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup memicu obesitas dan obesitas sentral di Indonesia sudah setara negara maju, seperti Belanda. Kejadian obesitas dan obesitas sentral mulai meningkat di perdesaan.