Penjelasan psikolog soal kasus ayah siksa anak di Tangsel

Seorang ayah kandung membagikan adegan menyiksa korban di Facebook.

Foto Ilustrasi/Pixa

Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menyebut kelakuan WH, ayah kandung pelaku penyiksaan anak perempuannya di Serpong, Tangsel, merupakan kebalikan dari teori efek pengamat, yakni kesadaran bahwa dia diamati justru membuatnya semakin brutal.

Diketahui, ayah kandung berusia 35 tahun itu membagikan adegan menyiksa korban di media sosial Facebook. "Bisa saja itu karena amarahnya sedemikian hebat, sehingga kontrol perilakunya lenyap," kata Reza kepada Alinea.id, Jumat (21/5).

Menurut Reza, selama ini ada istilah observer effect di mana, ketika diamati, orang akan mengekang perilaku asosial dan amoralnya. Itulah alasan di balik pemanfaatan CCTV dan body cam pada polisi.

Reza mengatakan, ini berlaku pada pengguna jalan yang murka lalu memaki petugas saat ia harus balik arah. Juga mengingatkan kita pada mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama alias Ahok. Reza menjelaskan, saat diingatkan pewawancara bahwa ia sedang live, kata-kata tak senonoh semakin kencang muntah dari mulutnya.

Reza melanjutkan, pada kasus di Tangsel asumsi agresi emosional itu patut dikesampingkan, karena faktanya si pelaku sengaja merekam perilakunya. Berarti, kata Reza, kendali perilaku yang bersangkutan berlangsung normal.