Penunjukan Yaqut dianggap untuk redam popularitas Rizieq dan FPI

GP Ansor dan FPI kerap berkonfrontasi, baik langsung maupun tidak langsung.

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas (tengah), saat menyambangi Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel atau Gereja Blenduk di Kota Lama, Kota Semarang, Jateng), Kamis (24/12/2020). Dokumentasi Kemenag

Didapuknya Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, selaku Menteri Agama (Menag) disebut upaya pemerintah memperkuat dan mengonsolidasikan strategi dalam menghadapi popularitas pendiri Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab. Apalagi, keduanya kerap berkonfrontasi, baik langsung maupun tidak langsung.

“Dalam konteks ini, menarik juga melihat kepengurusan baru MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang 'dibersihkan' dari simpatisan FPI dan pemimpin gerakan 212," ucap akademisi Akademisi Universitas Murdoch, Ian Douglas Wilson, kepada Alinea.id, Rabu (30/12).

"Ini berakibat hak-hak warga yang selama ini sering menjadi sasaran intimidasi, hate speech, dan kekerasan dari FPI akhirnya dilindungi sesuai UUD. Mungkin bisa dianggap sebagai kemajuan,” sambung penulis buku Politik Jatah Preman; Ormas dan Kuasa Jalanan di Indonesia Pasca Orde Baru itu.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Gus Yaqut, sapaan Yaqut Cholil Qoumas, dan beberapa orang lainnya sebagai pembantunya dalam Kabinet Indonesia Maju di Istana, pekan lalu. Dia menggantikan Fachrul Razi, Menag yang berlatar belakang militer.

Beberapa saat selepas dilantik, politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menyatakan, bakal memberikan perlindungan kepada Ahmadiyah dan Syiah, kelompok minoritas yang kerap menjadi "sasaran amukan" FPI.