Perang batin seorang dokter mendengar 100 rekan sejawatnya gugur

 “Kami ingin lari tapi tidak tega melihat pasien yang berharap pertolongan"

Petugas kesehatan memeriksa alat kesehatan di ruang IGD RS Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran Jakarta, Senin (23/3)/Foto Antara/Hafidz Mubarak.

Meningkatnya pasien akibat wabah Covid-19 semakin memberatkan pekerja kesehatan di rumah sakit. Hal ini disampaikan Ketua Umum Dokter Indonesia Bersatu (DIB), Dr. Eva Sri Diana. 

Beban dan risiko yang tinggi, kata Eva, tidak sebanding dengan pendapatan yang semakin rendah. Ini yang antara lain menyebabkan dokter dan tenaga kerja kesehatan mulai mengundurkan diri dari rumah-rumah sakit. 

"Alat pelindung diri yang kurang memadai, risiko kematian tenaga kesehatan (nakes) akibat Covid yang tinggi. Belum lagi pendapatan yang rendah membuat mereka harus berpikir ulang untuk terus bekerja. Terutama mereka yang memang bukan pegawai negeri," jelas Eva kepada media di Jakarta, Selasa (1/9).

Ia turut menyampaikan duka cita dan penyesalan yang mendalam atas gugurnya dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam tugas melawan Covid.

“Kami sangat menyesal sampai pagi ini sejawat kami dokter yang gugur dalam berjuang melawan wabah Covid-19 ini sudah mencapai angka 100 orang. Jujur ini membuat kami jadi maju mundur juga dalam perang wabah ini. Sebagai manusia, wajar kami punya rasa takut. Tapi rasa takut kami sering kalah dengan rasa kemanusiaan kami yang harus menolong sesama,” ungkapnya.