Peringatan Hari Guru: Dikungkung keterbatasan, guru jangan hanya dituntut

Kegiatan di Jambi ini merupakan rangkaian dari kunjungan serupa di Provinsi Sumatera Utara, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, dan nantinya Riau

ilustrasi. foto Pixabay

Eksistensi guru kian menjadi perhatian seiring dengan tuntutan peningkatan sebaran pendidikan berkualitas. Guru dituntut mengajarkan pola-pola baru agar bisa menjadi katalisator dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkarakter. Namun, di sisi lainnya masih banyak masalah fundamental yang dihadapi oleh guru.

Melalui Diskusi Publik bertajuk “Peningkatan Sebaran Pendidikan Berkualitas: Merumuskan Konsensus Pemerintah, Sekolah, dan Guru, di Jambi pada Kamis (24/11), terungkap bahwa kalaupun guru memiliki komitmen untuk menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan untuk siswa, dukungan untuk mempertahankan praktik baik tersebut seringkali tidak cukup.

Para guru di Jambi, misalnya, mengeluhkan kurangnya infrastruktur untuk menunjang tuntutan digitalisasi pendidikan, kurangnya dukungan dari orang tua dan pemerintah daerah, untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Belajar, dan belum meratanya kesempatan belajar untuk komunitas guru.

Bambang HW dari BPMP Jambi mengungkapkan permasalahan lain, yaitu jumlah guru dan pengawas sekolah di Jambi yang sangat kurang. Yang ironis lagi, guru yang mengajar di sekolah-sekolah negeri didominasi oleh tenaga honorer dengan upah minim. “Padahal tahun depan ada sekitar 150 guru yang akan memasuki usia pensiun. Jadi kita kekurangan sekali jumlah guru,’’ jelas Bambang.

Di Kabupaten Tebo, proses pembelajaran sekolah masih jauh dari ideal. Wijang Mahakso dari Bappeda Kabupaten Tebo mengungkapkan rata-rata lama anak bersekolah di sana hanya 7,69 tahun. Padahal, seharusnya mereka bersekolah hingga 12 tahun. Tak mengherankan jika Kabupaten Tebo memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ketiga terbawah dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi.