Gawat, Dewan Sumber Daya Air Nasional sebut permukaan tanah Jakarta terus turun

Jakarta menjadi kota yang paling buruk dalam konteks ini bersama dengan Osaka, Taipei, Bangkok, dan Manila.

Warga memilah sampah dengan latar bangunan yang tergenang rob (air pasang laut) di Muara Baru, Jakarta Utara, Rabu (16/10/2019). Antara/dokumentasi

Sumber daya air di Indonesia rupanya tidak terdistribusi secara merata. Persoalan ini, menurut anggota Dewan Sumber Daya Air Nasional, Purba Robert Sianipar, mengakibatkan masyarakat harus mencari sumber-sumber air, dan sering kali berujung pada pengambilan air tanah dengan cara yang belum diregulasi dengan baik. 

“Pengambilan akuifer (air tanah) menyebabkan penurunan muka tanah, seperti yang terjadi di Jakarta,” kata Purba Robert Sianipar dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (4/8).

Permukaan tanah di Jakarta terus menurun hingga 15 cm per tahun. Di beberapa tempat, bahkan penurunan itu mencapai lebih dari 1 meter per tahun. Jakarta menjadi kota yang paling buruk dalam konteks ini bersama dengan Osaka, Taipei, Bangkok, dan Manila.

“Pemerintah memang telah berupaya meningkatkan akses air minum bagi masyarakat dengan berbagai program, namun masih ada tantangan terkait ekonomi dan regulasi,” kata Purba Robert.

Tantangan tersebut, menurut Purba Robert, perlu segera diatasi mengingat krisis air telah termasuk ke dalam isu yang paling diantisipasi. Lebih-lebih, Indonesia adalah negara dengan kapasitas tampung air per kapita di yang rendah.