Program Guru Penggerak diklaim untuk "berangus" 3 dosa pendidikan

Kegiatan pengembangan profesi bagi guru pembelajar (PPGP) angkatan I telah berakhir pada 28 Agustus 2021.

Ilustrasi. Pixabay

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengklaim, Program Guru Penggerak diluncurkan untuk "memberangus" tiga dosa pendidikan, yakni perundungan (bullying), intoleransi, dan kekerasan. Apalagi, pendidikan di Indonesia mengadapi tiga persoalan mendasar terkait mutu pendidikan, yaitu literasi, numerasi, dan karakter.

Direktur P3GTK Kemendikbudristek, Praptono, menyatakan, Program Guru Penggerak bertujuan untuk mengembangkan keprofesian berkelanjutan melalui pelatihan dan pendampingan dengan berfokus kepemimpinan pembelajaran. Para peserta akan "digembleng" selama sembilan bulan sehingga nantinya dapat menggerakan dan menjadi pemimpin komunitas belajar di sekitarnya.

"Kita memerlukan berbagai macam upaya terobosan untuk bisa mengantar peserta didik kita agar bisa bertumbuh kembang dengan baik dan menyiapkan diri untuk menghadapi era digitalisasi revolusi industri 4.0 ke depan. Dan untuk itu, dunia pendidikan kita harus berubah,” ujarnya dalam webinar pada Kamis (16/9). 

Kegiatan pengembangan profesi bagi guru pembelajar (PPGP) angkatan I telah berakhir pada 28 Agustus 2021. Ia diklaim sebagai tanda lahirnya para guru penggerak yang akan menjadi garda terdepan dalam transformasi sistem pendidikan.

Praptono menambahkan, langkah pertama yang ingin diwujudkan adalah transformasi pendidikan Indonesia dengan mewujudkan guru yang dapat melakukan pembelajaran secara holistik, model pembelajaran yang mengaplikasikan prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini melalui kegiatan bermain sekaligus proses belajar.