RUU Perlindungan Ulama dinilai taktik PKS lindungi pendukung khilafah

NII Crisis Center bongkar misi PKS usulkan RUU Perlindungan Ulama.

Pertemuan elite PKS dan PDIP di Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Selasa (27/4)/Foto dokumentasi PKS.

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan mengaku tak heran dengan usulan Rancangan Undang-undang Perlindungan Ulama (RUU PU) yang didorong Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Menurut Ken, RUU Perlindungan Ulama merupakan taktik PKS untuk melindungi tokoh agama pendukung khilafah.

"Yang selama ini sejalan dengan pemikiran PKS dan IM (Ikhwanul Muslimin) ditangkap aparat dengan beragam kasus termasuk ada juga yang ditangkap Densus 88 terkait terorisme," kata Ken Setiawan kepada Alinea.id, Senin (10/5).

Ken mengatakan, PKS merupakan wujud dari dua ideologi lokal yakni NII dan transnasional Ikhwanul Muslimin dari Mesir. Menurutnya, salah satu tokoh pendiri PKS bahkan menjabat Dewan Syuro yakni, Hilmi Aminudin, yang juga merupakan anak Panglima Militer NII atau Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII), Danu Muhammad Hasan.

Menurutnya, Hilmi mengenal Ikhwanul Muslimin saat belajar di Timur Tengah dan mendirikan gerakan ini di Indonesia sepulangnya dia ke Tanah Air. "Pola pergerakan PKS di Indonesia adalah copy paste gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yaitu pola pembangunan basis sosial partai, misalnya, dimulai dari gerakan Tarbiyah dengan membangun sel-sel usrah yang dibina sehingga menjadi basis kader solid," jelas mantan narapidana kasus terorisme ini.

Demikian pula dalam masalah politik, masyarakat yang madani, dan semacamnya. Ken melihat rumusan Partai Kebebasan dan Keadilan (Hizbul Hurriyah wal Adalah), partai bentukan Ikhwanul Muslimin, sama persis dengan rumusan PKS, yakni partai sekaligus jemaah atau dikenal dengan al-hizbu huwa al-jama’ah, wal jamaah hiyal hizb (partai adalah jamaah dan jamaah adalah partai).