Soal jaringan teroris Abu Rara, polisi dinilai terlalu cepat berasumsi

Polisi dinilai kerap terlalu cepat menyimpulkan pendukung ISIS sebagai anggota jaringan JAD.

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (kanan) menunjukkan foto tersangka pelaku dan barang bukti penikaman Menko Polhukam Wiranto saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (11/10)./ Antara Foto

Aparat kepolisian dinilai terlalu cepat berasumsi ihwal latar belakang teroris yang melakukan penusukan terhadap mantan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto. Hal ini lantaran Abu Rara membantah pernyataan polisi yang menyebut ia dan isterinya merupakan jaringan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daullah (JAD).

Pengamat terorisme yang merupakan Direktur Institute for Policy Analyst of Conflict (IPAC) Sydney Jones mengatakan, polisi kerap terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa pendukung ISIS merupakan anggota jaringan JAD. 

"Padahal banyak anggota organisasi atau sel lain," kata Sidney saat dikonfirmasi reporter Alinea.id di Jakarta, Senin (4/11).

Pengamat teroris lainnya, Zaki Mubarok, mengatakan saat ini banyak bermunculan teroris individual atau biasa disebut lone wolf terrorist, seperti pengakuan Abu Rara. Menurut Zaki, para lone wolf terrorist ini melakukan aksinya setelah mengalami radikalisasi dari media sosial, terutama melalui Youtube. Namun, kata dia, pemerintah juga kesulitan mengawasi konten-konten radikal, karena konten-konten serupa bermunculan tiap pekan. 

Zaki mengatakan, tindakan para teroris untuk tidak bergabung dengan organisasi terorisme, telah membuat aparat kesulitan mendeteksinya. Apalagi, jaringan teroris sudah tidak lagi menjalin komunikasi melalui aplikasi Telegram, setelah polisi mengetahui pola komunikasi mereka.