Survei FSGI: Banyak guru di luar Jawa tolak vaksinasi Covid-19

FSGI telah melakukan survei kepada 2.406 guru tentang vaksinasi Covid-19. Hasilnya, ada guru yang menolak divaksin.

Ilustrasi. Pixabay

Hasil survei Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyebutkan, 8,27% tenaga pendidik dari 2.406 responden di 23 provinsi se-Indonesia tak bersedia mengikuti vaksinasi Covid-19. Sebanyak 23,35% di antaranya berada di luar Pulau Jawa. 

Berdasarkan usia, terang Sekretaris Jenderal FSGI, Heru Purnomo, sebesar 10,97% berusia 30-39 tahun, disusul 20-29 tahun 10,61%, 40-49 tahun 10,51%, dan usia 50-60 tahun hanya 4,67%. Merujuk jenjang sekolah, ketidaksediaan mengikuti vaksinasi dominan berasal dari guru SMA/SMK/MA sebanyak 32,64%, sedangkan jenjang PAUD/TK 5,96%, SD/MI 5,60%, dan SMP/MTs 8,48%.

"Patut diduga bahwa ketidaksediaan sebagian guru pada jenjang SMA/SMK/MA memang karena diakibatkan belum tersosialisasi dengan baik pelaksanaan vaksinasi Covid-19," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (17/3). "Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk tahap awal diprioritaskan bagi jenjang sekolah yang lebih rendah."

Heru melanjutkan, sekitar 63,32% guru yang menolak divaksin Covid-19 karena khawatir efek sampingnya. Alasan lainnya, ragu dengan kualitas produk vaksin (41,71%), komorbid (25,13%), pemberitaan negatif di media sosial (22,11%), masih berpotensi tertular Covid-19 (12,06%), penyebaran Covid-19 di tempat tinggalnya tak mengkhawatirkan (10,55%), lebih baik ikut vaksinasi mandiri (3,02%), dan takut terinfeksi Covid-19 (0,3%).

Kemudian, sebesar 14,38% responden belum menerima sosialisasi dan tak bersedian divaksin. Hanya 1,57% ketidaksediaan mengikuti vaksinasi Covid-19 meski telah menerima sosialisasi.