Tambah 2 kombinasi booster vaksin, BPOM ungkap antibodi yang dihasilkan

Secara bertahap, BPOM melakukan proses evaluasi penggunaan booster vaksin sesuai dengan pengajuan dan ketersediaan data uji klinik.

Ilustrasi. iStock

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menambah enam jenis booster homolog/heterolog pada vaksin Covid-19. Yaitu, vaksin Sinovac dosis penuh sebagai booster homolog; vaksin Pfizer dosis penuh sebagai booster homolog; vaksin AstraZeneca dosis penuh sebagai booster homolog; vaksin Moderna sebagai booster hoterolog dosis setengah untuk vaksin AstraZeneca, Pfizer, atau Janssen; sera vaksin Zifivac dosis penuh sebagai booster heterolog untuk Sinovac dan Sinopharm.

Secara bertahap, BPOM melakukan proses evaluasi penggunaan booster vaksin sesuai dengan pengajuan dan ketersediaan data uji klinik.

“Badan POM kembali mengeluarkan persetujuan penggunaan untuk dua regimen booster heterolog pada vaksin Covid-19 yaitu, vaksin Pfizer dosis setengah/half dose untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca serta vaksin AstraZeneca dosis setengah/half dose untuk vaksin primer Sinovac atau dosis penuh/full dose untuk vaksin primer Pfizer (full booster dose),” ujar Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito dalam keterangan tertulis, Senin (17/1).

Vaksin Pfizer sebagai booster heterolog dosis setengah untuk vaksin primer Sinovac atau AstraZeneca meningkatkan antibodi yang tinggi pada 6-9 bulan (31-38 kali) setelah pemberian dosis primer lengkap. Di sisi lain, peningkatan antibodi setelah enam bulan vaksinasi primer lengkap vaksin Sinovac menghasilkan peningkatan antibodi IgG terhadap S-RBD yang tinggi (105,7 kali) dibandingkan sebelum diberikan dosis booster.

“Secara umum pemberian dosis booster vaksin Pfizer dengan vaksin primer Sinovac dapat ditoleransi baik reaksi lokal maupun sistemik,” tutur Penny.