Tangani PMK, pemerintah diminta berdayakan laboratorium biomedis

Indonesia, jelas Bayu, sudah punya minimal tiga laboratorium biomedis yang diakui dunia.

ilustrasi. foto Pixabay

Pemerintah diminta segera memberdayakan laboratorium biomedis yang ada di tanah air untuk penanganan penyakit mulut dan kuku atau PMK. Ini penting untuk mempelajari virus penyebab PMK kembali berjangkit.

Hal itu disampaikan dosen IPB University Bayu Krisnamurthi. Menurut Bayu, setidaknya ada dua manfaat jika langkah ini dilakukan. Pertama, pemahaman tentang virus. Ini penting untuk mengembangkan vaksin dan atau memilih vaksin yang tersedia di pasaran.

"Hasil pengamatan itu juga akan memberi info persebaran virus PMK," kata Bayu yang pernah menjadi Ketua Harian Komisi Nasional Flu Burung dan Pandemi Influenza 2006-2010 itu di Jakarta, Sabtu (2/7).

Indonesia, jelas Bayu, sudah punya minimal tiga laboratorium biomedis yang diakui dunia, yaitu di Universitas Airlangga, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, dan di IPB University. LBM Eijkman telah berubah jadi Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 

Indonesia selama 100 tahun, yakni dari 1887 hingga 1986 berjuang membebaskan diri dari PMK. Kerugian ekonomi Indonesia menangani PMK selama seabad, menurut Ditjen Peternakan (2002), mencapai US$ 1,66 miliar (Rp 29 triliun). Sejak 1990, Indonesia dinyatakan bebas PMK.