Saat protokol kesehatan Covid-19 'tak laku' di pasar tradisional

"Hidup mati di tangan Tuhan. Tawakal aja saya. Kalau kondisi kurang sehat, ya, enggak dagang."

Protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19 kerap tidak dijalankan di pasar tradisional. Ilustrasi Alinea.id/Dwi Setiawan

Azan subuh baru saja berkumandang tatkala Muhammad Hasan tuntas menata tumpukan kentang di lapak dagangannya di salah satu sudut di Blok VI Pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (13/6) pagi itu. Dengan masker yang tergantung di leher, pria berusia 48 tahun itu memulai rutinitasnya.

Satu per satu pembeli ia ladeni. Lewat tawar-menawar yang terkadang alot, kentang-kentang di lapak Hasan beralih ke tangan para pengunjung pasar. Meski berulang kali berinteraksi dengan pembeli, tak sekali pun Hasan membenahi posisi maskernya supaya menutupi mulut dan hidung. 

"Karena terasa sesak kalau dipakai. Saya pakai (masker) kalau ada pemeriksaan aja dari petugas keamanan. Setelah itu, ya, lepas lagi," tutur Hasan saat berbincang dengan Alinea.id di sela-sela kesibukannya berjualan.

Pasar tradisional memang tetap boleh beroperasi selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan di Jakarta. Sebagaimana sektor-sektor usaha lainnya yang diizinkan beroperasi, pasar tradisional seharusnya wajib menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. 

Namun demikian, menurut Hasan, protokol kesehatan "tak laku" di Pasar Senen. "Emang enggak jalan," kata dia.