Teror bom Surabaya bukan masalah agama

Keuskupan Agung Jakarta berujar, teror bom di sejumlah gereja Surabaya bukan menyasar komunitas agama tertentu, melainkan warga Indonesia.

Uskup Ignatius Suharyo (tengah) didampingi Romo Rudi Hartoko (kiri) dan Romo Samuel Pangestu (kanan) menggelar konferensi pers atas kejadian teror bom tiga Gereja di Surabaya di Gereja Katedral, Jakarta (14/5). (Saumi/ Alinea)

Menanggapi aksi teror bom di tiga Gereja di Surabaya, Keuskupan Agung Jakarta melalui Mgr. Ignatius Suharyo memilih untuk tidak membuat rumusan sendiri atas teror bom yang terjadi di Surabaya, Minggu (13/5). 

"Peristiwa kemarin tidak menyangkut satu komunitas agama tertentu, tapi menyangkut warga Indonesia," jelas Ignatius, dalam konferensi pers yang diadakan Keuskupan Agung Jakarta (14/5) di Gereja Katedral Jakarta.

Ignatius menjelaskan sikap gereja Katolik sama dengan komunitas agama lainnya yang mengutuk pelbagai tindakan terorisme atas dasar dan latar belakang apapun. Dalam konferensi pers ini, Ignatius mengutip pernyataan sikap tokoh lintas agama yang dibuat di kantor PBNU, Minggu (13/5).

Menurut kesepakatan bersama beberapa pemimpin umat beragama, terorisme di tiga Gereja di Surabaya menunjukkan adanya suatu gerakan yang terpola, terstruktur, dan berjejaring yang sengaja ingin melakukan kekacauan dan mengubah haluan negara.

Ignatius juga menyampaikan jika Paus sangat prihatin dengan situasi teror yang terjadi di Indonesia. "Tidak ada satu kata pun yang mengutuk pelaku dari Paus," tambahnya.