TNI ‘berperang’ melawan campak di Kabupaten Asmat

Medan menuju Kabupaten Asmat tergolong sulit. Karena itu, Panglima TNI membentuk Satgas kesehatan untuk penanganan campak di wilayah itu.

Prajurit TNI dikirim ke Asmat untuk penanganan Campak. (foto: Puspen TNI)

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua mencatat sebanyak 558 kasus campak terjadi di Kabupaten Asmat sejak September 2017 hingga Januari 2018. Sementara cakupan imunisasi campak di wilayah tersebut menurun drastis dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Pada 2015 cakupan imunisasi campak yang dilakukan di Asmat sebanyak 48,8 persen. Tahun 2016 cakupan imunisasi campak di Asmat turun menjadi 62,6 persen. Selanjutnya, pada 2017 dari laporan Januari-Juni, cakupan imunisasi campak yang dilakukan di Asmat menurun drastis menjadi 17,3 persen.

"Sementara laporan pelaksanaan imunisasi campak di Asmat sepanjang Juli-Desember 2017 belum diserahkan," terang Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Papua, dr Aaron Rumainum seperti dikutip dari Antara, Rabu (17/1).

Wilayah Kabupaten Asmat merupakan dataran rendah pesisir pantai, rawa-rawa tergenang air, sehingga akses menuju ke tiap distrik menggunakan "speedboat". Selain itu, akses jaringan telekomunikasi seluler di beberapa distrik juga belum bisa.

"Tidak terdapat akses jalan darat yang menghubungkan satu distrik dengan distrik yang lain, kendaraan yang dipakai adalah 'speedboat' dan 'longboat', kadang-kadang menggunakan kole-kole," sambungnya.

Karena itu, sebanyak 53 personel Tim Medis yang tergabung dalam Satgas Kesehatan TNI Kejadian Luar Biasa (KLB) dalam rangka menanggulangi wabah penyakit Campak dan Difteri di Kabupaten Asmat, tiba di Lanud Timika, Provinsi Papua, Selasa kemarin. Satgas Kesehatan TNI kejadian luar biasa (KLB) terdiri dari Dokter Spesialis dan Paramedis menuju Kabupaten Asmat.