TRIPS dan mimpi vaksin murah negara-negara 'papa'

India dan sejumlah negara meminta agar hak properti intelektual dalam perdagangan skema TRIPS diabaikan selama pandemi Covid-19.

Ilustrasi vaksin Covid-19. Alinea.id/Oky Diaz.

Sebuah proposal "berani" diajukan India dan Afrika Selatan ke The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Properti (TRIPS) Council di markas World Trade Organization (WTO), Jenewa, Swiss, awal Oktober 2020. Dalam proposal itu, India dan Afrika Selatan meminta agar kepatuhan terhadap regulasi TRIPS diabaikan dalam proses pengadaan vaksin Covid-19 atau TRIPS waiver.

Tak butuh lama, proposal itu segera mendapat dukungan dari berbagai negara berkembang dan negara-negara "papa". Dalam proposal baru bernomor IP/C/W/669.Add.3, Kenya, Mozambique, Swaziland, dan Pakistan turut bergabung sebagai inisiator bersama India dan Afrika Selatan. 

Pada umumnya, keenam negara itu mendesak agar kewajiban memberikan hak kekayaan intelektual, paten, desain industrial, dan perlindungan terhadap informasi perdagangan rahasia yang diatur dalam TRIPS diabaikan selama pandemi. Regulasi itu dinilai mempersulit akses negara miskin untuk memproduksi dan mendistribusikan vaksin, obat-obatan, serta peralatan medis untuk menangani pandemi.

Proposal itu bersifat opsional. Artinya, negara-negara yang terikat kesepakatan TRIPS boleh memilih mengabaikan ketentuan perlindungan intelektual properti dalam TRIPS atau tetap mematuhinya saat membeli atau memproduksi vaksin Covid-19.  

Di pertemuan informal TRIPS Council pada November 2020, inisiatif tersebut dibahas. Perdebatan antara negara pendukung dan negara penolak proposal berlangsung keras. Penolakan terutama datang dari negara-negara maju semisal Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris. Uni Eropa juga menolak proposal itu.