YLKI sebut perokok di Indonesia terbanyak ketiga di dunia

Tingkat pertumbuhan konsumsi rokok di kalangan anak-anak dan remaja, juga kian miris, karena mengalami percepatan pertumbuhan signifikan

Ilustrasi/freepik.com

Di tengah hiruk pikuk Hari Raya Idulfitri dan mudik lebaran, terselip momen yang tak kalah krusialnya bagi masyarakat Indonesia yakni Hari Tanpa Tembakau Se Dunia (HTTS) atau World No Tobacco Day, 31 Mei 2019.

"HTTS diperingati di seluruh dunia, oleh semua negara anggota Badan Kesehatan Dunia (WHO), yang kali ini dengan tema: Tobacco and Lung Health, Tembakau dan Kesehatan Paru. Tema peringatan ini secara empiris mengingatkan bahwa konsumsi tembakau berdampak sangat buruk terhadap kesehatan paru (lung)," tutur Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (30/5)

Data empirik di Indonesia membuktikan bahwa sembilan dari sepuluh penderita kanker paru adalah perokok berat. Artinya, bukti bahwa dampak buruk konsumsi tembakau terhadap kesehatan paru dan karsinogen terhadap kanker paru, tak bisa dibantah lagi. 

Selain itu, HTTS juga menjadi sinyal yang sangat urgen bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia. Ada beberapa hal catatan krusial yang saling berkelindan terkait hal ini, yakni konsumsi tembakau semakin mewabah di Indonesia. Lebih dari 35% masyarakat Indonesia adalah perokok aktif. Per tahun industri rokok memproduksi rokok 360 miliar batang, dan akan terus meningkat hingga lebih dari 500 miliar batang per tahunnya, sesuai target industri rokok besar.

Dengan masifnya produksi rokok tersebut, tidak heran jika jumlah perokok di Indonesia saat ini terus menanjak, bertengger di nomor tiga di dunia. Tingkat pertumbuhan konsumsi rokok di kalangan anak-anak dan remaja, juga kian miris, karena mengalami percepatan pertumbuhan yang signifikan, tercepat di dunia, yakni 19%.