Alasan ilmiah di balik bervariasinya hasil survei

Lembaga survei kerap memunculkan hasil yang beragam.

Wartawan melihat hasil survei nasional Alvara Research Center dengan tema "Pilpres 2019: 30 Hari Menuju Pemilu" di Jakarta, Jumat (15/3). /Antara Foto

Biarpun hasilnya kerap tak seragam, menurut pakar psikometeri riset dan statistik Yahya Umar, bukan berarti lembaga survei tidak kredibel. Pasalnya, hasil survei sangat tergantung pada metodologi dan tolok ukur yang digunakan dalam menafsirkan data yang dikumpulkan dari responden. 

"Misalnya ketika survei yang ditanya itu pendapat orang kemudian perasaan orang dan persepsi orang, alat ukurnya rumit. Harus ngajak ahli psikologi itu. Membuat kuesionernya pun berbeda, begitu juga cara nanyanya," ujar Yahya dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (26/3). 

Menurut Yahya, perbedaan pada pilihan kata dan orang yang mewawancara juga bisa sangat memengaruhi hasil survei. Meskipun, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat mewawancarai para responden relatif tak jauh berbeda. 

"Meskipun orang itu sudah dilatih bagaimana cara nanya dan memilih kata-kata, ada yang sensitif dengan istilah tertentu, ada pula yang tidak. Nah, itu mempengaruhi hasil survei," katanya.

Hal senada juga diutarakan CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali. Menurut dia, setidaknya ada tiga faktor yang dapat membuat hasil survei berbeda satu dengan lainnya. Pertama, perbedaan momentum waktu pelaksanaan survei.