Pilkada di tengah pandemi Covid-19 semakin tidak transparan

Ada indikasi partai berlari semakin kencang meninggalkan publik. Pencalonan kepala daerah semakin elitis dan tertutup.

Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini. Alinea.id/dokumentasi

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, pilkada di tengah pandemi Covid-19 semakin tidak transparan.

Ada indikasi partai berlari semakin kencang meninggalkan publik. Pencalonan kepala daerah semakin elitis dan tertutup.

Di satu sisi publik diminta menjaga jarak, hingga stay at home untuk meminimalisir penularan Covid-19, akan tetapi aktivitas partai semakin jauh dari prosedur demokratis.

“Tiba-tiba kita disuguhi pencalonan si A dan si B. Ada yang berstatus masih menjabat sebagai sekda. Ada yang berstatus menjadi TNI/Polri. Tetapi itu semua sudah diumumkan akan dicalonkan oleh partai A, partai B,” tutur Titi dalam diskusi virtual, Rabu (29/7).

Ironisnya, akses pengawasan publik semakin terbatas kala pandemi Covid-19. Bahkan, publik tidak memiliki posisi tawar apapun saat proses pencalonan berlangsung di internal partai. Terdapat 224 petahana yang akan maju kembali, tetapi malah menunjukkan sikap dengan pragmatisme politik. Misalnya, politisasi penanganan Covid-19 dan bantuan sosial.