Di tengah semua kekhawatiran itu, militer Swiss tetap dipandang sebagai institusi yang penting.
Di tengah ketegangan geopolitik global dan ketidakpastian keamanan internasional, Swiss—negara yang dikenal luas karena tradisi netralitasnya—menghadapi tantangan baru. Pandangan publik pun mulai berubah, meskipun sebagian besar masih memegang teguh prinsip yang telah menjadi bagian dari identitas nasional selama berabad-abad itu.
Hasil Studi Keamanan Swiss terbaru yang dirilis pada 17 Juni 2025 menunjukkan bahwa hampir sembilan dari sepuluh warga Swiss (87 persen) tetap mendukung kenetralan negara mereka. Walau masih dominan, angka ini menurun dibanding sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, saat dukungan terhadap netralitas mencapai 97 persen.
Menariknya, sekitar separuh dari 2.091 responden kini mendukung bentuk kenetralan yang lebih fleksibel—disebut "kenetralan yang dibedakan"—di mana Swiss tetap netral secara militer namun bersikap secara politik dalam konflik internasional.
Sebanyak 58 persen responden percaya bahwa sikap netral membantu Swiss menghindari keterlibatan dalam konflik global. Namun di sisi lain, 53 persen meragukan kemampuan negara mereka untuk mempertahankan netralitas secara militer jika suatu saat dibutuhkan.
Studi ini telah dilakukan setiap tahun sejak 1990-an oleh Akademi Militer Swiss dan Universitas Teknologi Zurich (ETH), dan hasil tahun ini mencerminkan kekhawatiran publik yang lebih besar dari sebelumnya.