Jika tren ini terus berlanjut, Jerman bisa menghadapi masalah serius.
Bagi banyak orang Indonesia dan warga negara lain, Jerman selama ini dianggap sebagai salah satu tempat terbaik untuk memulai hidup baru: ekonomi kuat, sistem pendidikan dan kesehatan mapan, serta peluang kerja yang menjanjikan. Tapi di balik citra tersebut, semakin banyak imigran di negara itu kini merasa asing di tempat yang seharusnya bisa mereka sebut rumah.
Laporan terbaru dari Institut Riset Pasar Tenaga Kerja dan Pekerjaan Jerman (IAB) mengungkapkan bahwa sekitar 2,6 juta imigran atau seperempat dari total imigran di Jerman mempertimbangkan untuk meninggalkan negara tersebut. Alasan utamanya: diskriminasi yang kian terasa nyata.
Fatih Zingal, seorang pengacara yang aktif membela hak-hak imigran, menilai situasi ini sebagai cerminan dari meningkatnya rasisme di Jerman, yang kini terasa di hampir semua ruang sosial.
“Banyak dari mereka tidak hanya ingin pulang ke negara asal, tapi memilih pindah ke negara lain seperti Italia, Spanyol, Kanada, atau bahkan Amerika Serikat,” ujarnya kepada Anadolu Agency.
Zingal menyebut, kendala adaptasi budaya, tertutupnya masyarakat lokal, serta iklim politik yang semakin konservatif, menjadi pemicu utama. “Bahkan mereka yang sudah bekerja di Jerman selama satu atau dua tahun, termasuk lulusan universitas, mulai merasa tidak punya masa depan di sini,” ujarnya.