Dilema PKS mendongkrak suara

Di tengah upaya menggenjot perolehan suara, PKS diterpa isu 'pecah kubu', hingga terancam tak lolos parlementary threshold.

Politisi PKS Anis Matta./ Aniesmatta.net

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mahfudz Siddiq menyebut sembilan pilihan cawapres yang diusung mereka saat ini telah mengerucut ke dua nama, yaitu Ahmad Heryawan dan Salim Segaf Al-jufri.

Mahfudz menilai PKS harus ngotot memajukan cawapres sebagai pasangan untuk koalisi mereka dengan Gerindra. “Saya ingin menggarisbawahi kenapa PKS harus ngotot, karena investasi sabarnya PKS ini panjang,” ungkap Mahfudz di Kawasan Cikini, Rabu (18/7).

Ia menyebut pada 2014, PKS telah sabar karena jatah posisi cawapres untuk koalisi telah diambil Partai Amanat Nasional (PAN). Setelah itu, saat pemilihan gubernur DKI Jakarta, PKS juga telah sabar membatalkan pencalonan Mardani Ali Sera sebagai calon Wakil Gubernur, mendampingi Sandiaga Uno, serta merelakan kursi itu jatuh pada Anies Baswedan. Pun PKS telah cukup bersabar di Pilkada daerah seperti di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Mahfudz menilai, semakin cepat Prabowo Subianto memutuskan siapa cawapres yang bakal mendampinginya di pilpres besok, maka akan semakin baik untuk PKS. “Saya pikir kalau kita menunggu kepastian dari cawapresnya Jokowi, sangat mungkin itu adalah cara untuk Jokowi mengulur waktu. Kalau Gerindra dan PKS mengikuti alur itu, itu bisa menyulitkan posisi PKS,” keluhnya.

Menurutnya, jika Prabowo menetapkan cawapresnya bukan dari PKS dan memilih menunda hingga akhir pendaftaran, maka tak ubahnya seperti menyandera PKS.