Rizieq Shihab dinilai lakukan politisasi agar dianggap korban

Upaya itu dilakukan dengan pernyataan pengikut Rizieq yang menyebut ada rekayasa dalam pemasangan bendera di kediaman Rizieq.

Massa dari Front Pembela Islam (FPI) melakukan aksi mengawal sidang putusan gugatan praperadilan atas SP3 kasus Rizieq Shihab di Pengadilan Negeri Bandung, Jawa Barat, Selasa (23/10)./Antara Foto

Ketua SETARA Institute, Hendardi, mengatakan tudingan yang menyatakan adanya rekayasa dalam penangkapan Habib Rizieq Shihab di Arab Saudi, sebagai hal yang tak mendasar. Menurutnya, pernyataan tersebut merupakan sebuah upaya agar Rizieq dianggap sebagai korban dalam peristiwa tersebut.

"Kecurigaan serta tudingan pengikut RS (Rizieq Shihab) sebagai perbuatan dari unsur aparat Negara RI seperti BIN, disamping tidak logis, juga hanya fantasi, ilusi, dan dugaan kuat merupakan bentuk politisasi, sebagai seolah-olah korban," kata Hendardi melalui siaran persnya, Jumat (9/11). 

Hendardi menilai, tudingan tersebut merupakan upaya untuk melanggengkan pengaruh pada para pengikutnya. Hal ini, kata dia, berujung pada kepentingan politik praktis dalam Pilpres 2019.

"Tuduhan RS atas rekayasa kasus pengibaran bendera di Arab Saudi oleh pemerintah Indonesia, tidaklah berdasar dan hanya menunjukkan upaya dirinya menjadi tokoh yang ingin diperhitungkan dalam konstalasi politik Indonesia," katanya.

Menurutnya, pemerintah tidak perlu berlebihan dalam menanggapi pemasangan bendera bertuliskan kalimat tauhid di kediaman Rizieq di Arab Saudi.