Slogan politik Neno Warisman dan puisi protes pada penguasa

Nirwan Ahmad Arsuka mengharapkan agar para politikus menyusun isi dan struktur pesan dalam kalimat yang baik.

Siswi SMP Muhammadiyah Kottabarat membuat puisi bertajuk Seribu Puisi Untuk Selat Sunda saat aksi solidaritas di Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/1). /Antara Foto.

Kami mohon jangan serahkan kami pada mereka yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak cucu kami.
Dan jangan, jangan Engkau tinggalkan kami, dan menangkan kami.
Karena jika Engkau tidak menangkan…
Kami khawatir ya Allah, Kami khawatir ya Allah.
Tak ada lagi yang menyembah-Mu
.”

Demikian kutipan puisi yang dibacakan mantan penyanyi dan Ketua Presidium #2019GantiPresiden Titi Widoretno Warisman, atau dikenal dengan Neno Warisman, saat digelar acara Malam Munajat 212 di pelataran Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Kamis (21/2).

Puisi tersebut, terutama kalimat “Kami khawatir tak ada lagi yang menyembah-Mu” memicu kontroversi. Isi puisi itu seolah-olah menekankan dukungan kepada pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon juga sempat menuai polemik dengan puisi berjudul “Doa yang Ditukar”. Puisi tersebut diunggah di akun Twitter pribadinya pada 13 Februari 2019 itu dituding menghina ulama Maimoen Zubair, atau yang akrab disapa Mbah Moen.

Banyak yang mengaitkan puisi Fadli itu dengan doa salah ucap nama calon presiden yang disampaikan Mbah Moen, saat Joko Widodo berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah, awal Februari 2019.