Bahlil ungkap asas ekonomi bebas aktif Indonesia hindari dominasi investor
Bahlil mengakui dirinya tak bisa memberikan harapan palsu bahwa kondisi global saat ini terbilang berat.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan, Indonesia saat ini menjalankan asas ekonomi bebas aktif dalam membuka peluang investasi asing di dalam negeri. Sehingga tidak ada satu negara yang mendominasi investasi di Indonesia.
"Kita menganut asas ekonomi bebas aktif. Kita tidak cenderung kemana, tapi kita berkawan kepada semuanya," kata Bahlil dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jumat (28/4).
Bahlil mengakui dirinya tak bisa memberikan harapan palsu bahwa kondisi global saat ini terbilang berat, baik dipicu faktor internal maupun eksternal Indonesia. Salah satu faktor eksternalnya yaitu saat ini terjadi ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS) yang turut mempengaruhi ekosistem industri baterai listrik di Indonesia.
"AS sekarang membuat satu regulasi, yaitu industri pabrik baterai yang investasinya dari China itu tidak mendapatkan diskon di AS. Bahkan kemungkinan peluangnya semakin kecil untuk mengirim produk ke sana," ujar dia.
Oleh karena itu, Bahlil pun menjelaskan jika Indonesia saat ini dalam mencari investor, bukan hanya berasal dari China. Hal ini dilakukan untuk menghindari masalah baru seperti misalnya tarik menarik kekuatan investor China dan AS di Indonesia.
"Kemarin kita bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Jerman untuk BASF dan Eramet. Kemudian kita minta Korea, Inggris, dan Amerika untuk Ford agar kerja sama dengan Vale supaya ada keseimbangan semuanya," tutur Bahlil.
"Kalau tidak seimbang, ekosistem terhadap logistik dan rantai pasok ini harus betul-betul kita jaga. Kita tidak ingin terjebak di antara tarik menarik kekuatan China dan AS," ucap Bahlil menambahkan.
Sebagai informasi, pada triwulan I-2023 yang masuk ke dalam lima besar negara investor di Indonesia adalah, pertama yaitu Singapura senilai US$4,3 miliar, disusul Hongkong senilai US$1,5 miliar, Tiongkok atau China senilai US$1,2 miliar, Jepang US$1,0 miliar, dan AS senilai US$0,8 miliar.
Ada pun penanaman modal asing (PMA) tersebut terealisasi di antaranya ke Sulawesi Tengah sebesar US$1,9 miliar (16,3%), Jawa Barat sebesar US$1,9 miliar (15,9%), DKI Jakarta sebesar US$1,2 miliar (9,9%), Banten sebesar US$1,1 miliar (8,9%), dan Riau sebesar US$1,0 miliar (8,5%).

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Ironi bisnis atribut kampanye: Sepi saat kandidat dan parpol berjibun
Minggu, 04 Jun 2023 06:11 WIB
Ancaman nyata kala mesin mulai menggantikan manusia
Jumat, 02 Jun 2023 18:48 WIB